• Friday, May 25, 2012


    METHYL PARABEN: Aman GA YA??
    METHYL-P-HYDROXYBENZOAT: Pengawet Kosmetik untuk Makanan atau Pengawet Makanan untuk Kosmetik. Amankah Bagi Kesehatan??
    Apa sebenarnya Methyl-p-Hydroxybenzoate itu?
               
    Methyl-p-hydroxybenzoate secara kimiawi merupakan senyawa turunan dari asam benzoate yaitu ester methyl dari asam-p-hydroxybenzoate yang mempunyai rumus molekul CH3(C6H4(OH)COO. Senyawa ini bersama turunan paraben yang lain secara almiah terdapat dalam beberapa buah-buahan khususnya blueberry, yang mempunyai sifat anti-fungi (dapat menghambat pertumbuhan jamur), sehingga senyawa ini diteliti dan dikembangkan menjadi bahan pengawet pada makanan dan industri farmasi (obat dan juga kosmetik). YAAAA..!! Senyawa ini secara ALAMI terdapat pada buah blueberry..!!

    Food and Drug Administration / FDA (suatu Badan Pengawas Obat dan Makanan AS) mengkategorikan pengawet methylparaben ini sebagai produk GRAS (Generally Recognized as SAFE), artinya senyawa ini aman digunakan untuk makanan. Di dalam tubuh methylparaben akan diserap oleh organ pencernaan maupun melalui kulit  dan diuraikan menjadi asam-p-hydroxybenzoate yang akan segera dikeluarkan dari tubuh. Namun memang untuk sebagian kecil orang senyawa ini dapat menimbulkan alergi.

    Batasan Methyl-p-Hydroxybenzoate Untuk pangan
    Segala sesuatu, misalkan makanan, yang seharusnya aman apabila dikonsumsi dalam jumlah yang sangat berlebihan tentu akan menimbulkan masalah. Misalnya gula. Gula dikenal sebagai pemberi rasa manis pada makanan, jika berlebih justru akan meningkatkan resiko penyakit komplikasi. Lalu bagaimana halnya dengan Metil Paraben.

    Berbagai penelitian dan konferensi banyak digelar untuk menentukan dosis methylparaben ini untuk manusia, dan ditetapkan ADI (Acceptable Daily Intake) untuk pengawet methylparaben ini sebesar 10 mg per kilogram berat badan per hari. ADI diartikan sebagai jumlah maksimum senyawa kimia yang bisa dikonsumsi manusia setiap hari secara terus menerus tanpa menimbulkan gangguan pada kesehatan. Artinya, apabila ADI methylparaben ini 10 mg / kg bb / hari, seorang dengan berat badan 50 kg boleh mengkonsumsi pengawet ini sebanyak 500 mg per hari tanpa menimbulkan gangguan pada kesehatannya. Sementara pengaturan penambahan methylparaben tersebut dalam pangan sebesar 250 mg per kg bahan. Artinya orang tersebut masih boleh mengkonsumsi 2 kilogram bumbu mie instan yang mengandung methylparaben per hari tanpa gangguan. Lalu bagaimana dengan orang dengan berat badan 55 kg, 60 kg, 70 kg? Yaa bisa kita hitung sendiri.

    Jadi jika demikian perlukah kita resah berlebihan terhadap pemberitaan media tentang pegawet methylparaben pada mie instan ini? Yang harus menjadi bahan introspeksi tentang efek negatif suatu bahan makanan bukanlah kandungan yang secara regulasi telah diatur keamanannya, tetapi bagaimanakah pola makan kita.

    Penggunaan Paraben Dalam Kosmetik
    Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia No: HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik menyantumkan daftar bahan yang diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan pembatasan dan persyaratan penggunaan. Diantaranya penggunaan bahan paraben yaitu nama dagang dari 4-Hydroxybenzoic acid, its salt and esters dengan nomor ACD 12 di daftar pengawet. Dijelaskan bahwa  ester adalah methyl, ethyl, propyl, isopropyl, butyl, isobutyl, dan phenyl. Kadar maksimumnya 0,4 persen (asam) untuk ester tunggal serta 0,8 persen (asam) untuk ester campuran yang ditambahkan kedalam sediaan kosmetik dengan tujuan utama untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme .

    Sementara, penggunaan pengawet paraben sebenarnya mengundang kontroversi karena beberapa penelitian menunjukkan paraben bisa memicu masalah kesehatan serius seperti pencetus kanker dan masalah kesuburan pada pria.

    Pada dasarnya, setiap bahan kimia yang ditempelkan pada kulit dapat menyebabkan kelainan kulit. Jika aplikasi pertama pada kulit memberikan kelainan disebut iritan, kemudian kalau terjadi kelainan setelah pemakaian berulang disebut sensitizer.Pencetus keracunan, kanker, atau kelainan kulit yang mengancam kesehatan bukan hanya dari paraben saja tetapi bisa juga dari bahan kimia lain seperti  Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan Ammonium Lauryl Sulfate (ALS), Propylen Glycol, Isopropyl alcohol, Diethanolamine (DEA), Triethanolamine (TEA) dan Monoethanolamine (MEA), Aluminium, Minyak mineral, serta Polyethylen Glycol (PEG).  Penggunaan berlebihan dapat menimbulkan iritasi yang hebat bahkan komplikasi penyakit dalam. Penting diketahui, bahwa paraben bukanlah satu-satunya zat yang memiliki efek estrogenic terhadap tubuh.

    Bulan Maret 2010 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bersama Organisasi Konsumen Korea melakukan analisa label pada produk perawatan kulit yang mengandung Paraben di Jakarta. Ada 36 produk kosmetik yang terkumpul terdiri dari shampo, busa mandi, pembersih muka, sabun mandi, serta krim untuk iritasi. Dari 36 produk tersebut diperoleh 11 merek yang mengandung  golongan Paraben.

    Dari 11 merek ber paraben terdiri dari; 4 sabun pembersih muka, 1 sabun mandi cair, 1 cairan pembersih muka, 3 krim alergi, 1 shampo, dan 1 lotion. Keempat produk pembersih muka, memiliki klaim berbeda-beda yaitu memutihkan kulit, mencerahkan kulit, mengikis kulit serta untuk semua jenis kulit. Fungsi perawatan kulit yang sederhana ternyata menjadi rumit dengan beragam komposisi, meski jenisnya sama. Penggunaan pengawet golongan paraben yang lebih dari satu dan nama-nama bahan bukan dengan nama dagang sulit dipahami.

    Pengawet konon diperlukan untuk memberi perlindungan pada kosmetik agar terhindar dari pencemaran saat digunakan dan akibat pertumbuhan kuman. Pengawet lainnya adalah Ammonium kuartener, alcohol, golongan fenol, antioksidan BHA, Vit E, asam benzoat. Memang, semua bahan tersebut masuk kategori bahan yang diperbolehkan dalam kosmetik. Selain pengawet, produk perawatan kulit mengandung juga penyeimbang PH, stabilisator, pewarna, pewangi, dan pelembab dari beragam bahan kimia.

    Survei pemahaman konsumen tentang bahan-bahan berbahaya dalam produk perawatan kulit yang pernah dilakukan YLKI, lebih menunjukkan ketidakpahaman konsumen. Selain bentuk huruf yang teramat kecil, banyaknya komposisi, dan bahasa teknis menjadi keluhan konsumen ketika memilih produk.

    Ada yang menduga bahwa produk – produk yang menyantumkan menggunakan bahan alami ternyata menggunakan pengawet paraben juga karena paraben merupakan bahan ’food grade’ (dapat dimakan).

    Nah, untuk konsumen, langkah terbaik dengan cara membiasakan membaca label meski sulit dipahami, setidaknya gunakan sesuai aturan pakai yang tercantum. Dan ingat, jangan pernah mau dibodohi oleh kata-kata ’natural’ atau ’organic’ pada kemasan produk, jika komposisinya mencantumkan bahan kimia lain.  Terakhir, dan tak kalah penting, gunakan sesuai kebutuhan.

    Ida marlinda – Staff YLKI

  • Copyright © - HIMASAKI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
    Design by INFOKOM 2023