Archive for April 2019

  • Analisis Pada Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kapanjen Kabupaten Malang

    0

    1. Analisis Masalah

    Sumber kehidupan ini persediaannya terbatas dan semakin hari semakin terpolusi oleh kegiatan manusia sendiri. Salah satu kasus pencemaran air yaitu pada Sungai Metro Kota Kepanjen yang diindikasikan telah mengalami pencemaran air sungai diakibatkan oleh aktivitas pembuangan limbah cair domestik, industri dan pertanian. Hal ini pun diakibatkan karena jumlah penduduk di Kecamatan Kepanjen berkembang sangat pesat.
    Peningkatan jumlah dan kepadatan penduduk Kota Kepanjen membawa konsekuensi peningkatan kebutuhan air bersih untuk kebutuhan sehari – hari juga termasuk untuk kebutuhan sanitasi yang menghasilkan air limbah. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari pertanian, industri dan kegiatan rumah tangga akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air sungai. Meningkatnya aktivitas manusia, perubahan guna lahan dan semakin beragamnya pola hidup masyarakat perkotaan yang menghasilkan limbah domestik menjadikan beban pencemar di sungai Metro semakin besar dari waktu ke waktu. Penurunan kualitas air terjadi sebagai akibat pembuangan limbah yang tidak terkendali dari aktivitas pembangunan di sepanjang sungai sehingga tidak sesuai dengan daya dukung sungai.
    Pencemaran air telah dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang “Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air” yang dimaksud pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukanya. Dari definisi tersebut telah jelas bahwa pencemaran air dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga mengurangi pemanfaatan air sebagaimana mestinya. Dalam pengembangannya pencemaran air sangat tidak dibenarkan, karena air merupakan sumber daya alam yang suatu saat akan habis apabila kita tidak menjaga dan merawatnya. Kebutuhan air dalam hidup kita sangat sentral karena untuk aktifitas sehari-hari.

    2. Design Sampling

    Penelitian dilaksanakan mengunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan kondisi kualitas air sungai Metro yang berasal dari aktivitas permukiman, pertanian dan industri. Panjang sungai Metro sebagai lokasi penelitian sepanjang ±15,49 km yang berada dikota Kepanjen Kabupaten Malang.
    Metode pengambilan sample air sungai yang dilakukan secara langsung mengunakan metode grab sampling yaitu metode pengambilan sample sesaat yang menunjukkan karakteristik air hanya pada saat itu. Dengan mengunakan alat water sampler sesuai denganSNI 6989.59:2008. Pengambilan sampling dilakukan pada tiga titik pantau :
    1. Titik pantau 1 : Hulu sungai
    2. Titik pantau 2 : pemukiman atau pedesaan talangagung
    3. Titik pantai 3 : Hilir sungai
    Sebelum dilakukan analisa dilaboratorium dilakukan pengawetan agar tidak terjadi perubahan fisika maupun kimia. Parameter yang dianalisis meliputi parameter fisika, kimia organik dan mikrobiologi.Pengambilan sample air. Analisis kualitas air sungai Metro mengunakan kreteria mutu air berdasarkan kelas II yang ada dalam lampiran Perda Provinsi Jatim Nomor 2 Tahun 2008. Sedangkan status mutu air mengunakan metode pollution index (IP)berdasarkan KepmenLH No. 115 Tahun 2003. Nilai (PI) indek pencemaran dapat digunakan untuk mengetahui nilai kualitas air sungai untuk suatu peruntukan tertentu dan sebagai dasar dalam memperbaiki kualitas air jika terjadi pencemaran.

    3. Metode Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, Interview, dokumentasi dangan gabungan dari ketiganya.
    1. Observasi lapangan dan pengukuran kualitas air sungai dilakukan untuk mengamati secara langsung aktivitas-aktivitas masyarakat,petani dan industri dan menganalisis kondisi wilayah penelitian meliputi pengukuran dan pencatatan debit air. Pengambilan sampel untuk pengukuran kualitas air sungai yang meliputi kondisi fisik, kimia dan biologi.
    2. Wawancara dilakukan di Instansi berwenangdalam pengendalian pencemaran air yaitu Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Air dan Kepala Bidang Analisa Pencegahan dampak Lingkungan hidup pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang dengan bantuan kuisioner, untuk memperoleh informasi terkait upaya yang dilakukan dalam pengedalian pencemaran sungai Metro.
    3. Dokumentasi digunakan untuk mengambarkan kondisi lokasi penelitian,pengunaan lahan dan aktivitas–aktivitas yangberada di sungai Metro. Dokumentasi ini juga digunakan untuk mengumpulkan data berupa literatur, laporan yang berkaitan dengan kondisi kualitas air, profil sungai Metro, data kependudukan, geografi, geologi, curah hujan dan lain sebagainya dari beberapa instansi terkait, publikasi ilmiah serta media informasi elektronik.

    Dilakukan beberapa  pengujian kualitas mutu air kelas II  dengan parameter fisika (Suhu dan TSS), kimia organik (pH, DO, BOD, COD, TSS, Nitrat, Nitrit, Amonia, Fosfat) dan mikrobiologi (total coloform).Setelah melalui uji kualitas air kelas II beberapa aspek dari standar mutu air kelas II tidak dapat dipenuhi.hasil uji tecantum pada tabel 1

     

     

     

     

    Tabel 1. Hasil analisis kualitas air

    4. Penanggulangan masalah

    Berdasarkan studi kasus dan analisis tentang masalah kualitas air sungai metro. Dari hasil analisis kondisi air sungai metro, maka dapar dirumuskan kondisi yang terjadi:
    · Pada titik Pantau 1 (hulu sungai) konsentrasi parameter BOD sudah melebihi Kriteria mutu air kelas II dengan nilai 3.20mg/l dengan batas ambang batas mutu BOD air sungai kelas II sebasar 3mg/l. berdasarkan hasil analisis tersebut air sungai tidak dapat digunakan untuk sarana rekreasi, pembudidayaan ikan tawar, peternakan dan pertanian.
    · Secara umum kualitas air sungai Metro tidak memenuhi kriteria air kelas II yang telah ditetapkan
    · Status mutu air sungai Metro tercemar ringan
    No
    Lokasi pemantauan
    Nilai IP
    Status mutu air
    1
    Bagian hulu (TP1)
    0.82
    Kondisi baik
    2
    Daerah desa atau pemukiman (TP2)
    1.51
    Tercemar ringan
    3
    Bagian hilir (TP3)
    1.71
    Tercemar ringan
    Tabel 2 . kesimpulan kualitas air menurut IP


     



    Gambar 1. Standar parameter IP
    Berdasarkan pemaparan tentang rumusan masalah kondisi air sungai metro, maka harus diadakan upaya pengendalian pencemaran air sungai agart dapat mengambalikan fungsi suatu perairan, beberapa manfaat adanya standar kualitas air dan upaya pengendalian air sungai yaitu bagi mereka yang menginginkan dan perlu menggunakannya seperti memancing, irigasi, mempertahankan manfaat rekreasi dan pariwisata dll. Upaya dapat di lakukan oleh tiga pihak yaitu, pemerintah, indutri sekitar dan masyarakat.
    Beberapa upaya yang dpat dilakukan oleh pemerintah dapat melalui adanya Peraturan Daerah tentang Pengendalian Pencemaran dan kerusakan lingkungan, adanya penetapan baku mutu air limbah yang dibuang kesumber-sumber air permukaan, dilaksanakannya penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran air sungai Metro, dilaksanakannya Inventarisasi dan Indentifikasi sumber pencemar pada sungai metro,  adanya pelaksanaan pemantauan kualitas air sungai Metro secara periodik dan penegakan hukum tetapi tidak dilakukan pemulihan terhadap sumber air yang tercemar.
    Polutan yang dikeluarkan dari industri memiliki implikasi luas, dan salah satu efek yang tidak menyenangkan adalah pada badan air. Pencemaran air bekas yang tidak tepat dan pembuangan air limbah industri yang berbeda ke sumber air sering mengakibatkan pencemaran air. Dalam kebanyakan kasus, air terkontaminasi dengan bahan kimia berbahaya, bahan radioaktif, logam berat atau lumpur organik. Untuk alasan ini, pembuangan air limbah langsung ke saluran air atau lautan berdampak negatif pada kehidupan laut, manusia, dan lingkungan pada berbagai aspek. Maka dari itu diperlukan penanganan khusus bagi indutri seperti industri telah memiliki dokumen Lingkungan berupa dokumen UKL-UPL, kegiatan industri telah memiliki Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPAL), kualitas Limbah cair yang dibuang kesungai memenuhi Baku Mutu Lingkungan (baku mutu limbah cair ), industri  mengikuti  Program  Peringkat  Kinerja  Pengelolaan  lingkungan  Hidup (proper).
    Peran masyarakat sebagai pengguna air merupakan haling penting, dan dapat dilakukan dengan beberapa cara
    · Memiliki kader lingkungan dan Komunitas Hijau di kecamatan Kepanjen
    · Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbahnya masih rendah
    · Pengetahuan masyarakat dalam pengeloaan air limbah masih kurang
    · mengembangkan program pendidikan lingkungan yang membantu masyarakat memahami bagaimana tindakan mereka mempengaruhi kualitas ai
    · bekerja bersama dengan lembaga pemerintah lainnya, dewan air dan dewan lokal untuk mengembangkan dan menerapkan strategi manajemen kualitas air yang efektif.
    Rekomendasi strategi pengendalian pencemaran sungai Metro yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
    · Menjaga zona perlindungan setempat sempadan sungai dengan melibatkan kader lingkungan dan komunitas hijau dalam pemantauan, pengawasan dalam pengendalian pencemaran air di sepanjang sungai Metro.
    · Meningkatkan pemantauan kualitas air sungai dan pengawasan terhadap pembuangan air limbah kesungai yang berpotensi mencemari sungai Metro.
    · Pemberian izin pembuangan air limbah ke sungai dengan memperhatikan kondisi Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Metro.
    · Melakukan penegakan hukum terhadap pelaku usaha yang melangar Baku Mutu Lingkungan yang telah ditetapkan


    Daftar Pustaka

    (2016, 05 30). Retrieved 03 02, 2019, from dinus.ac.id: http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TM-11-Indeks_Kualitas_Air.pdf
    Arie, H. (2006). PENCEMARAN AIR DAN STRATEGI PENGGULANGANNYA. Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT .
    Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
    Mahyudin, Soemarno, & Tri, B. P. (2015). Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran.
    Mardikawati, d. (2018). Pencemaran Lingkungan di Sungai Dawe Akibat Kegiatan Pembuangan Limbah Industri Pabrik Tahu.
    minnesota pollution control agency. (n.d.). Retrieved 03 02, 2019, from www.pca.state.mn.us: https://www.pca.state.mn.us/water/water-quality-standards-costs-and-benefits
    water quality. (2017, 05 12). Retrieved 03 02, 2019, from nsw goverment: https://www.environment.nsw.gov.au/water/waterqual.htm
    1.   Analisis M asalah Sumber kehidupan ini persediaannya terbatas dan semakin hari semakin terpolusi oleh kegiatan manusia sendiri. Sa...
  • DISSOLVED OXYGEN (DO)

    0

    Elma Lestari, Rajib Pramana P, Tyas Mega L.
    Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN)

    ABSTRAK
    Percobaan ini dilakukan pada bulan April 2019. Penelitian tentang penentuan Dissolved Oxygen (DO) pada air sumur yang telah dilakukan pengambilan di daerah Cipadung. Air sumur salah satunya air sumur gali merupakan jenis air tanah yang banyak dimanfaatkan untuk mencuci,mandi,memasak bahkan konsumsi.Air yang dikonsumsi perlu memiliki kualitas air yang baik. Kualitas air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia memiliki parameter yang salah satunya parameter DO. DO merupakan kadar oksigen yang terlarut dalam air dan parameter penting dalam analisis kualitas air.Oksigen yang terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,proses metabolism atau pertukaran zat yang menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembang biakan. Sumber utama oksigen dalam perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan.Sampel diambil dari air sumur dengan yang terbuka yang yang digunakan untuk aktivitas seharidengan cara ditimba dan diambil dalam sekali dalam botol.Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia.Kegunaan penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat mengetahui nilai DO dan standar baku mutu dari air sumur.Penentuan Dissolved Oxygen ini dilakukan menggunakan metode titrasi iodometri. Hasil yang diperiksa kadar oksigen terlarut yaitu >5 ppm, hasil tersebut berarti tingkat pencemarannya rendah dan bisa dikategorikan sebagai perairan yang baik.











    Hasil dan Pembahasan.



    Aliran masuk (inflow) merupakan salah satu sumber oksigen terlarut (DO) dalam perairan (Wetzel 2001). Suatu inflow dapat memasok DO dengan syarat bahwa inflow tersebut memiliki kandungan DO yang lebih tinggi dari perairan yang dituju. Pengamatan terhadap peranan Sumur  dalam memasok DO dilakukan dengan mengukur nilai DO
    Stasiun penelitian yang berlokasi di Sumur di perumahan pertamina adalah Stasiun 1. Pengukuran DO dilakukan pada setiap 1 stasiun. Nilai DO Sumur pada Stasiun 1 adalah 2,7ppm. Kadar  oksigen  terlarut    di perairan  ini  cenderung  rendah .   Kecenderungan   menurunnya  oksigen terlarut di perairan ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya bahan-bahan organik yang masuk ke perairan disamping  faktor-faktor lainnya diantaranya  kenaikan  suhu, salinitas,  respirasi,  adanya  lapisan  di atas  permukaan  air, senyawa yang mudah teroksidasi dan tekanan atmosfir (Reid, 1961; Welch, 1980). Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut biasanya disebabkan perubahan kualitas perairan akibat banyaknya limbah yang mengandung karbon organic  Salah satu sumber DO berasal dari fotosisntesis oleh fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton yang berbeda berkaitan dengan nilai DO dalam perairan. Peningkatan nilai DO di diduga disebabkan oleh perbedaan kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut.
    Kekeruhan merupakan pengukuran terhadap material tersuspensi. Kekeruhan yang disebabkan oleh partikel yang dapat mengendap sering digunakan sebagai faktor pembatas (Odum 1971). Penurunan kekeruhan diduga terjadi akibat pengenceran massa air sumur. Apabila kekeruhan setelah meninggalkan sumur tetap tinggi, maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kandungan oksigen terlarut. Kekeruhan yang tinggi dapat menurunkan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan (Palter et al. 2007). Oksigen tersebut digunakan untuk mengoksidasi bahan organik penyebab kekeruhan yang berasal dari sungai.
    Arus merupakan ciri utama pada perairan mengalir sehingga sering dianggap sebagai faktor pembatas (Odum 1971). Nilai DO yang berbeda diduga akibat perbedaan kondisi fisik perairan yang memengaruhi nilai DO pada setiap bagian perairan. Oleh karena itu, analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui hubungan antar parameter fisika (suhu, kekeruhan, dan kecepatan arus) terhadap nilai DO pada masing-masing bagian.
    Model yang diperoleh tersebut digunakan untuk memprediksi nilai DO berbeda di bagian sungai, transisi, dan waduk. Nilai koefisien  (suhu, kekeruhan, dan kecepatan arus) pada model tersebut menunjukkan hubungan fungsional terhadap nilai DO. Suhu memiliki hubungan negatif dengan nilai DO di bagian sumur. Hubungan negatif tersebut berarti apabila suhu rendah, maka nilai DO tinggi dan apabila suhu tinggi, maka nilai DO rendah. Hal tersebut berbeda dengan kecepatan arus yang memiliki hubungan positif dengan nilai DO di bagian sungai dan transisi, sedangkan kecepatan arus pada bagian sumur memiliki hubungan negatif. Hubungan positif tersebut berarti apabila kecepatan arus tinggi, maka nilai DO tinggi dan apabila kecepatan arus rendah, maka nilai DO rendah.
    O’Connor (1967) menggolongkan faktor-faktor yang memengaruhi DO di sungai. Salah satu faktor yang memengaruhi DO di sungai adalah karakteristik geofisik dari sungai tersebut. Karakteristik geofisik yang dimaksud di antaranya suhu dan kecepatan arus.
    Kelarutan oksigen mempunyai hubungan terbalik dengan suhu perairan (Cole 1983). Semakin rendah suhu, semakin tinggi tingkat kelarutan oksigen di dalam air. Sebaliknya, semakin tinggi suhu, semakin rendah tingkat kelarutan oksigen dalam air. Kelarutan oksigen yang tinggi menunjukkan bahwa peluang oksigen untuk larut dalam air semakin tinggi dan hal tersebut dapat menyebabkan konsentrasi atau nilai oksigen terlarut dalam perairan (DO) menjadi tinggi.
    Boyd (1982) menyatakan bahwa oksigen dapat masuk ke dalam perairan melalui proses difusi dari udara. Proses difusi tersebut dipengaruhi oleh turbulensi atau pergerakan massa air, dalam hal ini adalah kecepatan arus. Semakin besarkecepatan arus, maka peluang terjadinya difusi oksigen dari udara ke dalam air semakin besar sehingga menyebabkan nilai DO yang semakin tinggi.
    Sumur merupakan salah satu jenis perairan menggenang (Wetzel 2001). Sumur akan memiliki karakteristik perairan menggenang secara umum. Salah satu karakterisitk perairan menggenang adalah tidak memiliki arus sehingga memiliki residence time lebih lama (Odum 1971). Salah satu sumber DO pada perairan menggenang terutama berasal dari fotosintesis oleh autotrof yaitu fitoplankton (Boyd 1982).
    Perairan yang berwarna hijau pada bagian waduk dapat mengindikasikan keberadaan organisme autotrof, yaitu fitoplankton. Fitoplankton memanfaatkan karbondioksida dan energi cahaya matahari untuk fotosintesis dan kemudian menghasilkan oksigen ke dalam perairan (Cole 1983). Sementara itu, Boyd (1982) menyatakan bahwa sumber DO pada perairan menggenang terutama berasal dari fotosintesis oleh autotrof seperti fitoplankton. Dengan demikian, nilai DO yang terdapat pada bagian waduk diduga lebih banyak disebabkan oleh fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton, dibuktikan dengan warna perairan waduk yang hijau.


    Daftar pustaka

    1. Boyd CE. 1982. Water quality in warm water fish pond. Departemen of Fisheries Allied Aquaculture, Agriculture Experimental Station Auburn University. Auburn. Alabama. 52 hal.
    2. Cole GA. 1983. Textbook of limnology. 3rd ed. Waveland Press. USA.401 hal.
    3. Odum EP. 1971. Fundamental of ecology. WB Saunders Company. Philadelphia.574 hal.
    4. O’connor D. 1967. The temporal and spatial distribution of dissolved oxygen in streams. Water resources research. 3(1): 65-79.
    5. Palter J, Coto SL, dan Ballestero D. 2007. The distribution of nutrients, dissolved oxygen, and chlorophyll a in the upper Gulf of Nicoya, Costa Rica, a tropical esturary. Tropical Biology. 55(2): 427-436.
    6. Reid, G. K 1961. Ecology  of  Inland  Water  and  Estuaries . Reynold   Publishing Co., New York.

    Elma Lestari, Rajib Pramana P, Tyas Mega L. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UI...
  • Copyright © - HIMASAKI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
    Design by INFOKOM 2023