• Tuesday, July 07, 2020



    Kromatografi Gas-Spektrometri Massa GC-MS 

    Bidang Keilmuan - Himasaki Periode 2019-2020



    Kromatografi gas-spektrometri massa atau dikenal dengan GC-MS adalah metode kombinasi antara kromatografi gas dan spektrometri massa yang bertujuan untuk menganalisis berbagai senyawa dalam suatu sampel. Prinsip kerja yang dimiliki oleh keduanya sangat berbeda namun keduanya dapat digabungkan untuk mengidentifikasi suatu senyawa baik kualitatif maupun kuantitatif. Kromatografi gas merupakan salah satu bagian dari teknik kromatografi yang menggunkaan prinsippemisahan campuran berdasarkan kecepatan waktu retensi komponen penyusunnya. Kromatografi gas ini digunakan untuk senyawa yang bersifat volatil. Adapun pada spektrofotometri massa suatu komponen akan ditentukan berat molekulnya dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan cara mengukur jari-jari orbit dalam medan magnetik seragam. Spektrofotometri ini akan berfungsi ketika komponen yang telah berhasil dipisahkan pada kromatografi gas akan dideteksi dengan cara menembakkan berkas elektron dan diubah menjadi ion ion. Ion- ion yang telah terbentuk kemudian akan terbaca pada kolektor dan merubahnya kedalam bentuk spektrum massa.
    Dalam tekniknya, kromatografi gas dan spektrofotometri massa memiliki banyak kesamaan. Untuk kedua sampel tersebut, sampel yang dibutuhkan dalam bentuk fasa uap dan keduanya juga membutuhkan jumlah sampel yang sangat sedikit yakni umumnya kurang dari 1ng. molekul- molekul yang berada dalam suatu campuran dipisahkan dari molekul dengan melewatkan sampel sepanjang kolom. Molekul-molekul memerlukan jumlah waktu yang berbeda (disebut waktu retensi) untuk keluar dari kromatografi gas, dan ini memungkinkan spektrometri massa untuk menangkap, ionisasi, mempercepat, membelokkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah. Spektrometri massa melakukan hal ini dengan memecah masing-masing molekul menjadi terionisasi mendeteksi fragmen menggunakan massa untuk mengisi rasio.
    Metode analisis pada GC-MS ialah dengan membaca spektar yang terdapat pada kedua metode yang digabung. Pada spektra GC banyaknya senyawa dapat terlihat pada banyaknya puncak (peak) dalam spektra GC tersebut. Senyawa tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa dengan literatur. Selanjutnya adalah dengan memasukkan senyawa yang diduga tersebut ke dalam instrumen spektrometer massa. Hal ini dapat dilakukan karena salah satu kegunaan dari kromatografi gas adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel. Setelah itu, didapat hasil dari spektra spektrometri massa pada grafik yang berbeda. Informasi yang  diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam instrumen GC/MS adalah tak lain hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bisa diperoleh informasi mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersbut.
    Pada instrumen GC-MS ini terdapat komponen komponen penyusunnya seperti:

    1.     1.Injection Port
    Injection port merupakan bagian GC-MS yang berfungsi untuk menerima dan membawa sampel yang disuntikkan ke dalam instrumen yang nantinya sampel yang di injeksikan akan di teruskan kedalam kolom. Untuk mendapatkan efisiensi kolom yang baik, pelebaran pita uap harus dicegah dengan cara injeksi sampel cepat dan volume sampel tidak berlebihan. Oleh karena itu, sistem injektor harus dapat dipanaskan supaya sampel bukan gas dapat segera dijadikan dalam bentuk uap, volume yang dimasukkan harus kecil, dan tidak ada daerah dalam sistem transport tersebut yang tidak dapat disapu oleh gas pembawa.

    2.      2.Carrier Gas Supply
    Gas pembawa (carrier gas) pada bagian kromatografi gas sangatlah penting. Gas yang dapat digunakan pada dasarnya haruslah inert, kering, dan bebas oksigen. Kondisi seperti ini dibutuhkan karena gas pembawa ini dapat saja bereaksi dan dapat mempengaruhi gas yang akan dipelajari atau diidentifikasi. Gas pembawa digunakan untuk mentransportasikan sampel melalui kolom ke detektor, oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan fase gerak gas yang tepat. Dari sudut performa kolom, gas dengan koefisien difusi rendah lebih baik digunakan untuk kecepatan alir fase gerak rendah (gas dengan berat molekul besar: N2, CO2, Ar) sedangkan gas dengan koefisien difusi tinggi lebih baik digunakan untuk kecepatan alir fase gerak tinggi (gas dengan berat molekul rendah : H2 , He.
    3.      3.Oven
    Oven pada bagian Gc ini berfungsi intuk memanaskan kolom yang akan dilewati oleh sampel. Oven ini berfungsi untuk mengatur suhu sehingga akan mempermudah dalam proses pemisahan komponen sampel. Suhu yang digunakan pada oven ini umumnya memiliki skala suhu 30-320.

    4.      4.Kolom
    Kolom merupakan salah satu bagian yang terpenting dimana suatu komponen yang berada pada sampel akan dipisahkan pada bagian ini. Kolom ini berfungsi sebagai fasa diam dan gasa pembawa dijadikan sebagai fasa geraknya yang akan melewati kolom bersama sampel. Kolom yang digunakan pada dasarnya memiliki sifat kimia yakni sifat polar dan sifat nonpolar. Sifat kolom yang digunakan ini disesuaikan dengan jenis dari sampel yang dipisahkan.

    5.      5.Sistem Deteksi (Detektor)
    Detektor ditempatkan dalam outlet kolom untuk mendeteksi solut yang teremisikan dari kolom. Detektor tersebut harus mampu memberi respon dengan cepat dan reproduksibel pada konsentrasi solut dalam fase gerak pada umumnya berkisar antara ppm-ppt. Sifat lain yang diinginkan dari detektor adalah memberikan respon linier terhadap solut dan stabil dalam jangka waktu lama. Temperatur detektor harus diatur lebih tinggi dari temperatur kolom, agar supaya sampel dan segala sesuatu yang keluar dari kolom tidak mengalami kondensasi pada detektor.
    Detektor yang digunakan dapat bermacam macam tergantung bagaimana kebutuhan kita jika kita ingin mengetahui massa dari sampel maka kita dapat menggunakan detektor selektif massa ataupun kita juga dapat menggantinya dengan detektor lain seperti  Detektor Konduktivitas Thermal (Thermal Conductivity Detector; TCD), Detektor Ionisasi Nyala (Flame Ionization Detector; FID), Detektor Penangkap Elektron (Electron Capture Detector; ECD), Detektor Nitrogen-Fosfor (Nitrogen Phosporus Detector; NPD), Detektor Fotometri Nyala (Flame Photometric Detector; FPD), Detektor Hantar Listrik (Electrolytic Conductivity Detector; ELCD), Detektor Fotoionisasi (Photoionization Detector; PID) dan  Detektor Ionisasi Thermoionik (Thermoionic Ionization Detector; TID).
    Adapun spektrofotometri massa ini digunakan sebagai detektor yang akan membaca massa dari komponen komponen yang berasal pada sampel. Komponen-komponen yang berasal pada sampel saat setelah diionisasi akan terbaca oleh detektornya dan di rubah kedalam bentuk spektrum massa yang ditampilkan melalui sebuah komputer.

  • Copyright © - HIMASAKI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
    Design by INFOKOM 2023