Archive for August 2021
P3K (PORSENI DAN PUTRA PUTRI KIMIA) 2021
P3k
(porseni dan putra putri kimia) 2021 merupakan program kerja gabungan Bidang
Olahraga dan Bidang Seni dari Departemen Minat dan Bakat. Pada Sabtu,17 Juli
2021 kegiatan P3K resmi dibuka. Kegiatan kali ini berbeda dari tahun
sebelumnya, pada tahun kemarin hanya ada kegiatan Porseni akan tetapi sekarang
ditambah dengan pemilihan Putra Putri Kimia 2021. Namun kegiatan ini masih
tetap dilakukan secara online karena adanya COVID-19. Adapun tujuan dari
kegiatan P3K ini ditinjau dari segi olahraga yaitu untuk mencari bibit unggul
yang nantinya bisa di ikut sertakan dalam ajang kompetisi. Sedangkan jika
ditinjau dari segi seni yaitu untuk meningkatkan eksistensi warga kimia serta menjalin
talisilaturahmi antar warga kimia.
Dalam
kegiatan P3K, tentunya banyak kegiatan yang di perlombakan. Adapun dari bidang
olahraga yaitu Virtual Run dan Mobile Legend, dalam perlonaan Mobile legend di
adakan untuk umum dan siapaun bisa mengikutinya. Sedangkan dalam bidang seni
ada Tari, Musikalisasi Puisi, Cover Lagu, Fotografi dan Putra Putri Kimia.
terdapat satu lomba pula dari bidang infokom yaitu lomba Poster Ilmiah. Dengan
adanya kegiatan-kegiatan tersebut,
diharapkan antusias dari para warga kimia dalam berkompetisi melalui
karya serta dapat menumbuhkan potensi diri yang dimiliki para warga kimia.
Acara P3K resmi ditutup pada Sabtu, 7 Agustus 2021.
Scientific Exploration
Sunblock
adalah tabir surya yang dapat memantulkan dan menghalangi pengaruh cahaya
matahari yang beresiko merusak kulit.
Pada umumnya, bahan aktif utama yang terkandung
dalam sunblock adalah :
1. Seng Oksida (ZnO)
Seng
oksida (zinc oxide) merupakan salah satu mineral alami dengan tingkat
iritasi lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan kimia yang ditemukan dalam
tabir surya. Seng oksida
berfungsi menghalangi sinar matahari sebelum mencapai kulit dan dapat
diterapkan sebagai krim putih buram (opaque white cream).
2. Titanium Dioksida (TiO2)
Titanium
dioksida (titanium dioxide) adalah mineral alami lain yang biasa
terdapat dalam sunblock. Cara
kerja titanium dioksida sama seperti seng oksida yakni dengan memantulkan atau
memblokir sinar matahari sebelum kontak dengan kulit.
Titanium
dioksida juga biasa digunakan dalam kosmetik untuk memberikan perlindungan
tingkat rendah terhadap paparan sinar matahari. Seng oksida dan Titanium
dioksida terbukti aman dan efektif bagi kulit dalam mencegah efek negatif sinar
matahari.
BAGAIMANA
CARA MEMBEDAKAN LOTION DENGAN SUNBLOCK?
Banyak
lotion dan krim perlindungan matahari yang mengklaim sebagai sunblock, padahal
sebenarnya bukan. Bila
seng oksida atau titanium dioksida tidak terdaftar sebagai bahan aktif atau
tidak terdapat dalam bahan yang tercantum, maka produk tersebut hanya disebut tabir
surya yang berfungsi sebagai sunblock
tingkat rendah.
Namun
karena termasuk ke dalam bahan tabir surya fisik, pemakaian kedua zat ini
cenderung meninggalkan noda putih (white cast) di kulit.
APAKAH
SUNBLOCK DAN SUNSCREEN BERBEDA?
Benar,
sunblock dan sunscreen serupa tapi tak sama. Begitu juga manfaat, cara kerja dan
kandungannya pun berbeda.
Sesuai
namanya, sunblock dianggap bisa melindungi kulit dari paparan sinar matahari.
Didukung pula dengan kemampuan dari sunblock yaitu menangkal sinar UVA dan UVB.
Sedangkan sunscreen dianggap hanya sebagai pelindung ringan dari sinar
matahari. Sunscreen adalah tabir surya yang dapat menembus dan diserap oleh
kulit sebelum sinar UV mencapai lapisan kulit dan merusaknya. Biasanya sunscreen
hanya bertugas melindungi kulit dari sinar UVB. Namun kini mulai bermunculan
sunscreen dengan kandungan lengkap yaitu perlindungan dari sinar UVA dan UVB.
Ada
dua istilah lain yaitu physical
sunscreen dan chemical sunscreen. Physical sunscreen adalah krim tabir surya
yang mengandung mineral aktif titanium dioksida dan seng oksida. Inilah yang
biasa disebut dengan sunblock. Sedangkan Chemical sunscreen berfungsi
melindungi kulit dengan cara menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi
energi panas. Nantinya energi tersebut akan dilepaskan lewat permukaan kulit.
Teksturnya lebih cair dibanding physical sunscreen sehingga lebih mudah diserap
oleh kulit. Sunscreen pada umumnya adalah chemical sunscreen.
SUMBER:
https://www.alodokter.com/kriteria-bahan-bahan-pendukung-sunblock-yang-bagus
[Diakses tanggal 16 agustus 2021]
https://www.amazine.co/39012/fakta-sunblock-bahan-aktif-hingga-spf-yang-direkomendasikan/
[Diakses tanggal 16 agustus 2021]
https://www.popmama.com/life/fashion-and-beauty/faela-shafa/perbedaan-sunscreen-dan-sunblock-serta-manfaatnya [Diakses tanggal 16 agustus 2021]
Scientific Exploration
Oksigen atau zat
asam adalah unsur kimia dengan lambang O dan nomor atom 8,
zat ini dulu disebut sebagai zat pembakar. Dalam tabel periodik,
oksigen merupakan unsur nonlogam golongan 16 atau VIA disebut juga
golongan khalogen. Unsur ini mudah sekali bereaksi dengan hampir semua unsur
lainnya. Pada temperatur dan tekanan standar, dua atom
oksigen berikatan menjadi O2, gas ini tidak memiliki
warna, bau, maupun rasa. Oksigen merupakan unsur paling
melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa setelah hidrogen dan
helium dan sangat penting untuk semua bentuk kehidupan di Bumi sebagai
dasar kimia respirasi. Oksigen juga merupakan komponen unsur utama kerak Bumi.
Berdasarkan volume, 20,9% atmosfer bumi adalah oksigen.
Oksigen
secara terpisah ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773
dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley lebih
terkenal karena pempublikasinya yang pertama kali dicetak. Priestley menyebut
oksigen "dephlogisticated air" dan tidak mengetahuinya sebagai elemen
kimia. Istilah oxygen diciptakan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1777, yang
eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori flogiston pembakaran
dan korosi yang terkenal. Ia juga berhasil menjelaskan peran oksigen dalam
pembakaran.
Oksigen
pertama kali ditemukan oleh seorang ahli obat Carl Wilhelm Scheele. Pada 1772,
Scheele melakukan serangkaian percobaan. Dia memanaskan merkuri oksida, perak
karbonat, magnesium nitrat, dan potassium nitrat. Semua hasil percobaannya
menghasilkan sebuah gas yang sama. Gas ini dia namakan "api udara"
karena menimbulkan percikan api saat menyentuh debu arang. Dia mempublikasikan
temuannya dalam Chemical Observations and Experiments on Air and
Fire yang kemudian ia kirimkan ke penerbitnya pada tahun 1775. Namun,
dokumen ini tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1777.
Pada
saat yang sama, seorang pastor Britania, Joseph Priestley mulai bermain-main
dengan "oksigen" setahun sebelum Scheele melakukan percobaan, yaitu
pada tahun 1771. Priestley melihat seekor tikus diletakkan di dalam toples
tertutup. Semakin lama tikus itu kolaps. Lalu dia menyelipkan segenggam mint
(Mentha spicata) ke dalam toples dan tanaman itu secara ajaib "menghidupkan"
kembali si tikus. Priestly sadar, tanaman itu menghasilkan sesuatu yang membuat
udara segar.
Tiga
tahun kemudian, pada 1 Agustus 1774, Priestley mencoba mengisolasi gas
temuannya itu. Dia melakukan percobaan yang memfokuskan cahaya matahari ke
raksa oksida (HgO) dalam tabung gelas. Percobaan ini menghasilkan gas yang bisa
menyalakan kembali bara api, yang kemudian gas ini ia namakan “dephlogisticated
air”. Ia mencatat bahwa lilin akan menyala lebih terang di dalam gas tersebut
dan seekor tikus akan menjadi lebih aktif dan hidup lebih lama ketika menghirup
udara tersebut.
Priestley
mempublikasikan penemuannya pada tahun 1775 dalam sebuah laporan yang berjudul
"An Account of Further Discoveries in Air". Laporan ini pula
dimasukkan ke dalam jilid kedua bukunya yang berjudul Experiments and
Observations on Different Kinds of Air. Dikarenakan ia mempublikasikan
penemuannya terlebih dahulu, Priestley biasanya diberikan prioritas terlebih
dahulu dalam penemuan oksigen.
Gagasan
utama teori tersebut adalah zat tak kasat mata, yang dikenal sebagai
phlogiston, dilepaskan ke udara saat terbakar. Baik Priestley dan Scheele
menganggap oksigen sebagai udara phlogiston murni. Padahal (di kemudian hari
diketahui bahwa) selama proses pembakaran, oksigen tidak dilepaskan ke udara,
melainkan diserap oleh pembakaran itu sendiri.
Seorang
kimiawan Prancis, Antoine Laurent Lavoisier kemudian mengklaim bahwa ia telah
menemukan zat baru secara independen. Namun, Priestley mengunjungi Lavoisier
pada Oktober 1774 dan memberitahukan Lavoisier mengenai eksperimennya serta
bagaimana ia menghasilkan gas baru tersebut. Scheele juga mengirimkan sebuah
surat kepada Lavoisier pada 30 September 1774 yang menjelaskan penemuannya
mengenai zat yang tak diketahui, tetapi Lavoisier tidak pernah mengakui
menerima surat tersebut (sebuah kopian surat ini ditemukan dalam barang-barang
pribadi Scheele setelah kematiannya).
Apa
yang Lavoisier pernah lakukan tidak terbantahkan (walaupun pada saat itu
dipertentangkan) adalah percobaan kuantitatif pertama mengenai oksidasi yang
mengantarkannya kepada penjelasan bagaimana proses pembakaran bekerja. Ia
menggunakan percobaan ini beserta percobaan yang mirip lainnya untuk
meruntuhkan teori flogiston dan membuktikan bahwa zat yang ditemukan oleh
Priestley dan Scheele adalah unsur kimia.
Lavoisier
menamai ulang 'udara vital' tersebut menjadi oxygène pada tahun 1777. Nama
tersebut berasal dari akar kata Yunani ὀξύς (oxys) (asam, secara harfiah
"tajam") dan -γενής (-genēs) (penghasil, secara harfiah penghasil
keturunan). Ia menamainya demikian karena ia percaya bahwa oksigen merupakan
komponen dari semua asam. Ini tidaklah benar, tetapi pada saat para kimiawan
menemukan kesalahan ini, nama oxygène telah digunakan secara luas dan sudah
terlambat untuk menggantinya. Sebenarnya gas yang lebih tepat untuk disebut
sebagai "penghasil asam" adalah hidrogen. Oxygène kemudian diserap
menjadi oxygen dalam bahasa Inggris, walaupun terdapat penentangan dari
ilmuwan-ilmuwan Inggris dikarenakan Antoine Laurent Lavoisier bukan orang yang pertama kali menuliskan
keterangan mengenai gas ini melainkan Joseph Priestley.
Sumber
:
https://amp.tirto.id/mengenal-sejarah-penemuan-oksigen-cAiX