• Saturday, August 07, 2021

     Sejarah Oksigen

        Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia  dengan  lambang O dan nomor atom 8, zat ini dulu disebut sebagai zat pembakar. Dalam tabel periodik, oksigen merupakan unsur nonlogam golongan 16 atau VIA disebut juga golongan khalogen. Unsur ini mudah sekali bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya. Pada temperatur dan tekanan standar, dua atom oksigen berikatan menjadi O2, gas ini tidak memiliki warna, bau, maupun rasa. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa setelah hidrogen dan helium dan sangat penting untuk semua bentuk kehidupan di Bumi sebagai dasar kimia respirasi. Oksigen juga merupakan komponen unsur utama kerak Bumi. Berdasarkan volume, 20,9% atmosfer bumi adalah oksigen.

        Oksigen secara terpisah ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773 dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal karena pempublikasinya yang pertama kali dicetak. Priestley menyebut oksigen "dephlogisticated air" dan tidak mengetahuinya sebagai elemen kimia. Istilah oxygen diciptakan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1777, yang eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori flogiston pembakaran dan korosi yang terkenal. Ia juga berhasil menjelaskan peran oksigen dalam pembakaran.

        Oksigen pertama kali ditemukan oleh seorang ahli obat Carl Wilhelm Scheele. Pada 1772, Scheele melakukan serangkaian percobaan. Dia memanaskan merkuri oksida, perak karbonat, magnesium nitrat, dan potassium nitrat. Semua hasil percobaannya menghasilkan sebuah gas yang sama. Gas ini dia namakan "api udara" karena menimbulkan percikan api saat menyentuh debu arang. Dia mempublikasikan temuannya dalam Chemical Observations and Experiments on Air and Fire yang kemudian ia kirimkan ke penerbitnya pada tahun 1775. Namun, dokumen ini tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1777.

        Pada saat yang sama, seorang pastor Britania, Joseph Priestley mulai bermain-main dengan "oksigen" setahun sebelum Scheele melakukan percobaan, yaitu pada tahun 1771. Priestley melihat seekor tikus diletakkan di dalam toples tertutup. Semakin lama tikus itu kolaps. Lalu dia menyelipkan segenggam mint (Mentha spicata) ke dalam toples dan tanaman itu secara ajaib "menghidupkan" kembali si tikus. Priestly sadar, tanaman itu menghasilkan sesuatu yang membuat udara segar.

        Tiga tahun kemudian, pada 1 Agustus 1774, Priestley mencoba mengisolasi gas temuannya itu. Dia melakukan percobaan yang memfokuskan cahaya matahari ke raksa oksida (HgO) dalam tabung gelas. Percobaan ini menghasilkan gas yang bisa menyalakan kembali bara api, yang kemudian gas ini ia namakan “dephlogisticated air”. Ia mencatat bahwa lilin akan menyala lebih terang di dalam gas tersebut dan seekor tikus akan menjadi lebih aktif dan hidup lebih lama ketika menghirup udara tersebut.

        Priestley mempublikasikan penemuannya pada tahun 1775 dalam sebuah laporan yang berjudul "An Account of Further Discoveries in Air". Laporan ini pula dimasukkan ke dalam jilid kedua bukunya yang berjudul Experiments and Observations on Different Kinds of Air. Dikarenakan ia mempublikasikan penemuannya terlebih dahulu, Priestley biasanya diberikan prioritas terlebih dahulu dalam penemuan oksigen.

        Gagasan utama teori tersebut adalah zat tak kasat mata, yang dikenal sebagai phlogiston, dilepaskan ke udara saat terbakar. Baik Priestley dan Scheele menganggap oksigen sebagai udara phlogiston murni. Padahal (di kemudian hari diketahui bahwa) selama proses pembakaran, oksigen tidak dilepaskan ke udara, melainkan diserap oleh pembakaran itu sendiri.

        Seorang kimiawan Prancis, Antoine Laurent Lavoisier kemudian mengklaim bahwa ia telah menemukan zat baru secara independen. Namun, Priestley mengunjungi Lavoisier pada Oktober 1774 dan memberitahukan Lavoisier mengenai eksperimennya serta bagaimana ia menghasilkan gas baru tersebut. Scheele juga mengirimkan sebuah surat kepada Lavoisier pada 30 September 1774 yang menjelaskan penemuannya mengenai zat yang tak diketahui, tetapi Lavoisier tidak pernah mengakui menerima surat tersebut (sebuah kopian surat ini ditemukan dalam barang-barang pribadi Scheele setelah kematiannya).

        Apa yang Lavoisier pernah lakukan tidak terbantahkan (walaupun pada saat itu dipertentangkan) adalah percobaan kuantitatif pertama mengenai oksidasi yang mengantarkannya kepada penjelasan bagaimana proses pembakaran bekerja. Ia menggunakan percobaan ini beserta percobaan yang mirip lainnya untuk meruntuhkan teori flogiston dan membuktikan bahwa zat yang ditemukan oleh Priestley dan Scheele adalah unsur kimia.

        Lavoisier menamai ulang 'udara vital' tersebut menjadi oxygène pada tahun 1777. Nama tersebut berasal dari akar kata Yunani ὀξύς (oxys) (asam, secara harfiah "tajam") dan -γενής (-genēs) (penghasil, secara harfiah penghasil keturunan). Ia menamainya demikian karena ia percaya bahwa oksigen merupakan komponen dari semua asam. Ini tidaklah benar, tetapi pada saat para kimiawan menemukan kesalahan ini, nama oxygène telah digunakan secara luas dan sudah terlambat untuk menggantinya. Sebenarnya gas yang lebih tepat untuk disebut sebagai "penghasil asam" adalah hidrogen. Oxygène kemudian diserap menjadi oxygen dalam bahasa Inggris, walaupun terdapat penentangan dari ilmuwan-ilmuwan Inggris dikarenakan Antoine Laurent Lavoisier  bukan orang yang pertama kali menuliskan keterangan mengenai gas ini melainkan Joseph Priestley.

    Sumber :

    https://id.m.wikipedia.org/wiki/Oksigen#:~:text=Istilah%20oxygen%20diciptakan%20oleh%20Antoine,menjelaskan%20peran%20oksigen%20dalam%20pembakaran.

    https://amp.tirto.id/mengenal-sejarah-penemuan-oksigen-cAiX

     





  • Copyright © - HIMASAKI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
    Design by INFOKOM 2023