Archive for June 2022
SCIENTIFIC EXPLORATION 4: HOW BLUE LIGHT AFFECTS YOUR SLEEP
HOW BLUE LIGHT AFFECTS YOUR SLEEP
Cahaya terdiri dari radiasi elektromagnetik yang merupakan bentuk
energi yang tidak terlihat. Mata kita menafsirkan warna cahaya
berdasarkan jumlah energi yang dikandungnya. Pelangi menunjukkan kepada kita seluruh spektrum
cahaya tampak. Cahaya
putih, seperti cahaya
yang dipancarkan oleh matahari,
adalah kombinasi dari semua warna spektrum cahaya tampak [1].
Suatu sinar yang disebut Hight Energy Visible (HEV) atau lebih dikenal sebagai Blue Light merupakan salah satu bagian
dari spektrum cahaya yang sangat
kuat [2]. Blue light dihasilkan oleh peralatan
elektronik seperti smartphone, tablet, laptop, bahkan lampu LED (Light Emitting
Diode). Blue light merupakan cahaya
tampak dengan panjang gelombang antara 400 sampai 450 nanometer (nm). Seperti
namanya, jenis cahaya ini dirasakan berwarna biru. Tetapi, blue light juga dapat dirasakan dari warna lain, seperti pada
cahaya putih dari gadget yang sebenarnya mengandung blue light [3].
Pada siang hari, blue light ini dapat meningkatkan mood dan produktivitas manusia. Namun, paparan blue light pada malam hari dalam dosis yang tinggi akan
memungkinkan menyebabkan dampak buruk ketika diserap oleh sel dalam tubuh
manusia dibandingkan dengan cahaya yang lain. Salah satu dampak buruk tersebut
adalah menurunkan kualitas dan kuantitas tidur pada manusia [1].
Hal ini dapat dijelaskan oleh suatu istilah yang disebut dengan ritme
sirkadian. Ritme sirkadian merupakan siklus 24 jam yang diatur dengan
baik yang membantu
tubuh kita untuk mengetahui kapan kita
harus menjalankan fungsi-fungsi penting dalam tubuh kita [4]. Cahaya adalah
faktor terpenting dalam menyelaraskan ritme sirkadian ini, dan untuk manusia, ritme
ini sangat selaras
dengan waktu matahari
terbit dan terbenam. Saat matahari terbit, cahaya mempengaruhi kita
untuk beraktivitas. Lalu saat matahari terbenam, cahaya mempengaruhi kita untuk
mulai beristirahat. Dengan adanya blue
light pada alat elektronik buatan seperti gadget, menjadikan manusia ini mengalami peningkatan jumlah cahaya
sebelum tidur. Meskipun semua jenis cahaya ini dapat mempengaruhi ritme
sirkadian, tetapi blue light inilah
yang memiliki dampak terbesar [1].
Menurut penelitian, blue
light dua kali lipat lebih banyak dari cahaya lainnya dalam menekan sekresi
hormon melatonin, hormon inilah yang membuat manusia merasa mengantuk. Hormon
melatonin mempengaruhi ritme sirkadian sehingga ketika manusia terkena paparan blue light secara terus-menerus pada
malam hari akan merangsang otak manusia dengan berpikir bahwa ini masih siang
hari [4]. Jadi, bukannya merasa lelah, namun manusia malah merasa terjaga dan
pada akhirnya hal itu dapat menggeser waktu tidur dan menurunkan kualitas dan
kuantitas tidur [1]. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang digunakan di depan layar,
maka semakin sedikit
waktu untuk tidur
[5]. Ketidaksejajaran kronis
ritme
sirkadian juga dapat menyebabkan banyak dampak negative pada kesehatan,
termasuk gangguan metabolisme seperti diabetes, peningkatan risiko stress, dan
masalah kardiovaskular (gangguan pada jantung dan pembuluh darah) [1].
Manusia tentunya memiliki cara untuk dapat mencegah paparan blue light yang telalu banyak di malam
hari. Cara terbaik yang dapat dilakukan adalah mematikan sumbernya, yaitu
dengan mematikan peralatan elektronik (smartphone, laptop, tablet) yang
digunakan. Namun, sepertinya hal ini tidak bisa dilakukan oleh semua orang
karena gadget tentunya sudah menjadi
bagian penting, terutama dalam berkomunikasi ataupun bagi beberapa orang yang
memang mengharuskan mereka bekerja di malam hari [1].
Maka alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan mengatur cahaya pada
layar gadget saat menggunakannya. Hal
ini bisa dilakukan dengan mengunduh software
yang tersedia untuk menyaring gelombang cahaya yang diterima oleh mata,
atau mengaktifkan “dark mode” dan “eye protection” pada fitur gadget yang tersedia [4]. Lalu untuk
lebih memaksimalkan pencegahan yang dilakukan, bisa menggunakan filter
blue light yang terbukti
efektif dalam meningkatkan kualitas tidur dibandingkan dengan yang tidak menggunakan filter blue light [6]. Akan lebih baik pula, menggunakan kacamata anti blue light yang dapat mengurangi
penekanan hormon melatonin dari cahaya terang
[4].
Oleh karena blue
light ini bukan hanya bersumber dari layar gadget, tetapi bisa juga dari lampu LED yang digunakan untuk
menerangi ruangan, jadi untuk mencegah paparan blue light yang berlebihan saat malam hari bisa dengan mematikan
lampu LED tersebut. Namun, karena terkadang sebagian orang tidak bisa tertidur
dengan lampu yang mati. Maka solusinya adalah dengan meredupkan lampu yang
digunakan sehingga tidur dengan cahaya pada lampu tidur. Bagi orang yang
menyukai membaca sebelum tidur bisa mencoba untuk menggunakan lampu yang lebih
baik yang tidak memancarkan cahaya biru, seperti beralih menggunakan cahaya
berwarna oranye [1].
Referensi:
[1] |
R. Newsom, "How Blue Light Affects Sleep," 12 April 2022. [Online]. Available:
https://www.sleepfoundation.org/bedroom-environment/blue-light.
[Accessed 12 June 2022]. |
[2] |
J. V. R.
Siprianus, "Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Penurunan Ketajaman
Penglihatan," Keparawatan Florence Nightingale (JFKN), vol. 4, pp. 24-30, June 2021. |
[3] |
D. Ramsey, "Will blue light from
electronic devices increase my risk of macular degeneration and
blindness," 1 May 2019. [Online]. Available: https://www.health.harvard.edu/blog/will-blue-light-
from-electronic-devices-increase-my-risk-of-macular-degeneration-and-blindness-2019040816365. [Accessed 12
June 2022]. |
[4] |
"What is blue
light? The effect
blue light has
on your sleep
and more," 7 July 2020.
[Online]. Available:
https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/blue-light-has-a-dark-side.
[Accessed 12 June 2022]. |
[5] |
N. W. Dhea,
"Perbanndingan screen-time berdasarkan kuantitas dan kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta pada pandemi Corona Virus Diease-
19," Kedokteran Syiah Kuala, vol.
21, pp. 117-122, August 2021. |
[6] |
S. G. Shanmugasundaram, "Effect of Electronic Gadget Usage on
Sleep Quality among Medical Student in Chennai," Indian Journal of Public Health Research and Development, vol.
10, p. 4, March 2020. |
#BidangKeilmuan #DepartemenPKK
#PKKMembumi #KabinetAdhikarsa #HIMASAKI2021-2022
SUSUNAN KEPANITIAN CHEMISTRY FOR ALL (CFA)
SUSUNAN
KEPANITIAN
CHEMISTRY
FOR ALL (CFA)
Pelindung : Eko Prabowo Hadi Santoso M.Pkim
(Ketua Jurusan Kimia UIN Sunan Gunung Djati
Bandung)
Penanggung Jawab : Yusri
Fauzan
(Ketua Umum Himpunan
Mahasiswa Sains Kimia periode 2021 – 2022)
Steering Committe (SC) : Fitria
Nurkholifah
Organizing Committe (OC) : Herna Novi Kurnianti
Sekertasir OC : Siti Amelia Nurazizah
Bendahara OC : Bahawati Andal Kiay
Divisi Acara
Koordinator Divisi Acara : Ratri Nastiti
Ningrum
Staf divisi acara : Fauziah muthi Millatina
Divisi Lingkungan : Kevin
Mardiansyah Bayu Ardana
Staff :
1. Finna
Fitriyani Soleha
2. M Rizky permana
Divisi Pendidikan : Yussie
Aulia Puspitasari
Staff :
1. Uswatun Hasanah
2. Hasna Rizkia Ramadhani
Divisi Sosial : Elva Ilmi Lidya
Staff :
1. Muhammad Farhan
2. Yani Anggraeni
Divisi Keislaman : Rahmawati
Nuraeni
Staff :
1.
Reza Abdul Aziz
2.
Syifa Nur azizah
Koordinator Divisi Dana Usaha
:
Gina Rizka Haula Uljanati
Staff :
1. Salma
Widra Andriani
2. Ella nurbaeti
Koordinator Divisi Humas dan
Logistik : Ichwan Bagus Febrianto
Staff :
1. Nova Khoerotun Ni’mah
2. Agun Supratman
3. Pachrizal Ramdani
4. Ashab Abdul Hakim
5. Vivi Nurafiah
6. Tiara Malvita Raya Nurdin
Koordinator Divisi Konsumsi
dan Kesehatan : Mustika
Tri Anggraeni
Staff :
1. Muhammad
Sahlan Arrosyid
2. Najla
Rafifah Dilaulhaq
3. Hanifah Diroyatul Syarifah
4. Azka Nur Aulia
Koordinator Divisi Publikasi
Dokumentasi Dekorasi : Anisa Nurhasanah
Staff :
1. Tiara Rizkia
Agustina
2. Dwi Tanti Astuti
3. Feidya Qurrata A’yun
Koordinator Divisi
Kestari : Amirah Firyal Humaira
Staff :
1. Syifa Nurul Fauziyyah
2. Fitria Humaira
3. Diazka Jasmine Azhar