• Thursday, April 25, 2019


    Elma Lestari, Rajib Pramana P, Tyas Mega L.
    Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN)

    ABSTRAK
    Percobaan ini dilakukan pada bulan April 2019. Penelitian tentang penentuan Dissolved Oxygen (DO) pada air sumur yang telah dilakukan pengambilan di daerah Cipadung. Air sumur salah satunya air sumur gali merupakan jenis air tanah yang banyak dimanfaatkan untuk mencuci,mandi,memasak bahkan konsumsi.Air yang dikonsumsi perlu memiliki kualitas air yang baik. Kualitas air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia memiliki parameter yang salah satunya parameter DO. DO merupakan kadar oksigen yang terlarut dalam air dan parameter penting dalam analisis kualitas air.Oksigen yang terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,proses metabolism atau pertukaran zat yang menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembang biakan. Sumber utama oksigen dalam perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan.Sampel diambil dari air sumur dengan yang terbuka yang yang digunakan untuk aktivitas seharidengan cara ditimba dan diambil dalam sekali dalam botol.Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia.Kegunaan penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat mengetahui nilai DO dan standar baku mutu dari air sumur.Penentuan Dissolved Oxygen ini dilakukan menggunakan metode titrasi iodometri. Hasil yang diperiksa kadar oksigen terlarut yaitu >5 ppm, hasil tersebut berarti tingkat pencemarannya rendah dan bisa dikategorikan sebagai perairan yang baik.











    Hasil dan Pembahasan.



    Aliran masuk (inflow) merupakan salah satu sumber oksigen terlarut (DO) dalam perairan (Wetzel 2001). Suatu inflow dapat memasok DO dengan syarat bahwa inflow tersebut memiliki kandungan DO yang lebih tinggi dari perairan yang dituju. Pengamatan terhadap peranan Sumur  dalam memasok DO dilakukan dengan mengukur nilai DO
    Stasiun penelitian yang berlokasi di Sumur di perumahan pertamina adalah Stasiun 1. Pengukuran DO dilakukan pada setiap 1 stasiun. Nilai DO Sumur pada Stasiun 1 adalah 2,7ppm. Kadar  oksigen  terlarut    di perairan  ini  cenderung  rendah .   Kecenderungan   menurunnya  oksigen terlarut di perairan ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya bahan-bahan organik yang masuk ke perairan disamping  faktor-faktor lainnya diantaranya  kenaikan  suhu, salinitas,  respirasi,  adanya  lapisan  di atas  permukaan  air, senyawa yang mudah teroksidasi dan tekanan atmosfir (Reid, 1961; Welch, 1980). Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut biasanya disebabkan perubahan kualitas perairan akibat banyaknya limbah yang mengandung karbon organic  Salah satu sumber DO berasal dari fotosisntesis oleh fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton yang berbeda berkaitan dengan nilai DO dalam perairan. Peningkatan nilai DO di diduga disebabkan oleh perbedaan kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut.
    Kekeruhan merupakan pengukuran terhadap material tersuspensi. Kekeruhan yang disebabkan oleh partikel yang dapat mengendap sering digunakan sebagai faktor pembatas (Odum 1971). Penurunan kekeruhan diduga terjadi akibat pengenceran massa air sumur. Apabila kekeruhan setelah meninggalkan sumur tetap tinggi, maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kandungan oksigen terlarut. Kekeruhan yang tinggi dapat menurunkan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan (Palter et al. 2007). Oksigen tersebut digunakan untuk mengoksidasi bahan organik penyebab kekeruhan yang berasal dari sungai.
    Arus merupakan ciri utama pada perairan mengalir sehingga sering dianggap sebagai faktor pembatas (Odum 1971). Nilai DO yang berbeda diduga akibat perbedaan kondisi fisik perairan yang memengaruhi nilai DO pada setiap bagian perairan. Oleh karena itu, analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui hubungan antar parameter fisika (suhu, kekeruhan, dan kecepatan arus) terhadap nilai DO pada masing-masing bagian.
    Model yang diperoleh tersebut digunakan untuk memprediksi nilai DO berbeda di bagian sungai, transisi, dan waduk. Nilai koefisien  (suhu, kekeruhan, dan kecepatan arus) pada model tersebut menunjukkan hubungan fungsional terhadap nilai DO. Suhu memiliki hubungan negatif dengan nilai DO di bagian sumur. Hubungan negatif tersebut berarti apabila suhu rendah, maka nilai DO tinggi dan apabila suhu tinggi, maka nilai DO rendah. Hal tersebut berbeda dengan kecepatan arus yang memiliki hubungan positif dengan nilai DO di bagian sungai dan transisi, sedangkan kecepatan arus pada bagian sumur memiliki hubungan negatif. Hubungan positif tersebut berarti apabila kecepatan arus tinggi, maka nilai DO tinggi dan apabila kecepatan arus rendah, maka nilai DO rendah.
    O’Connor (1967) menggolongkan faktor-faktor yang memengaruhi DO di sungai. Salah satu faktor yang memengaruhi DO di sungai adalah karakteristik geofisik dari sungai tersebut. Karakteristik geofisik yang dimaksud di antaranya suhu dan kecepatan arus.
    Kelarutan oksigen mempunyai hubungan terbalik dengan suhu perairan (Cole 1983). Semakin rendah suhu, semakin tinggi tingkat kelarutan oksigen di dalam air. Sebaliknya, semakin tinggi suhu, semakin rendah tingkat kelarutan oksigen dalam air. Kelarutan oksigen yang tinggi menunjukkan bahwa peluang oksigen untuk larut dalam air semakin tinggi dan hal tersebut dapat menyebabkan konsentrasi atau nilai oksigen terlarut dalam perairan (DO) menjadi tinggi.
    Boyd (1982) menyatakan bahwa oksigen dapat masuk ke dalam perairan melalui proses difusi dari udara. Proses difusi tersebut dipengaruhi oleh turbulensi atau pergerakan massa air, dalam hal ini adalah kecepatan arus. Semakin besarkecepatan arus, maka peluang terjadinya difusi oksigen dari udara ke dalam air semakin besar sehingga menyebabkan nilai DO yang semakin tinggi.
    Sumur merupakan salah satu jenis perairan menggenang (Wetzel 2001). Sumur akan memiliki karakteristik perairan menggenang secara umum. Salah satu karakterisitk perairan menggenang adalah tidak memiliki arus sehingga memiliki residence time lebih lama (Odum 1971). Salah satu sumber DO pada perairan menggenang terutama berasal dari fotosintesis oleh autotrof yaitu fitoplankton (Boyd 1982).
    Perairan yang berwarna hijau pada bagian waduk dapat mengindikasikan keberadaan organisme autotrof, yaitu fitoplankton. Fitoplankton memanfaatkan karbondioksida dan energi cahaya matahari untuk fotosintesis dan kemudian menghasilkan oksigen ke dalam perairan (Cole 1983). Sementara itu, Boyd (1982) menyatakan bahwa sumber DO pada perairan menggenang terutama berasal dari fotosintesis oleh autotrof seperti fitoplankton. Dengan demikian, nilai DO yang terdapat pada bagian waduk diduga lebih banyak disebabkan oleh fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton, dibuktikan dengan warna perairan waduk yang hijau.


    Daftar pustaka

    1. Boyd CE. 1982. Water quality in warm water fish pond. Departemen of Fisheries Allied Aquaculture, Agriculture Experimental Station Auburn University. Auburn. Alabama. 52 hal.
    2. Cole GA. 1983. Textbook of limnology. 3rd ed. Waveland Press. USA.401 hal.
    3. Odum EP. 1971. Fundamental of ecology. WB Saunders Company. Philadelphia.574 hal.
    4. O’connor D. 1967. The temporal and spatial distribution of dissolved oxygen in streams. Water resources research. 3(1): 65-79.
    5. Palter J, Coto SL, dan Ballestero D. 2007. The distribution of nutrients, dissolved oxygen, and chlorophyll a in the upper Gulf of Nicoya, Costa Rica, a tropical esturary. Tropical Biology. 55(2): 427-436.
    6. Reid, G. K 1961. Ecology  of  Inland  Water  and  Estuaries . Reynold   Publishing Co., New York.

  • Copyright © - HIMASAKI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
    Design by INFOKOM 2023