• Wednesday, September 27, 2023

    Terkejut biasa terjadi ketika munculnya sesuatu yang tidak terduga atau suara yang keras yang tidak diduga. Perlu diketahui bahwa terkejut termasuk ke dalam salah satu dari tujuh jenis emosi dasar. Hal ini sesuai yang disebutkan oleh Plutchik (2003) bahwa terdapat beberap emosi dasar (basic emotion) yaitu, penerimaan (acceptance), jijik (disgust), gembira (joy), takut (fear), kesedihan (sadness), marah (anger), dan terkejut (surprise).


    Ciri-ciri dari emosi terkejut dapat dilihat dari tiga komponen emosi manusia. Tiga komponen tersebut yaitu, subjektif, fisiologis, dan perilaku. Dari sisi subjektif, emosi terkejut dapat diketahui melalui perasaan yang dirasakan ketika mengalami emosi terkejut. Ciri emosi terkejut secara subjektif yaitu nafas terengah-engah, otot-otot menjadi tegang (Khusniyah et al., 2023), detak jantung menjadi lebih cepat, dan merinding. Kemudian ciri fisiologis merupakan ciri-ciri emosi yang dilihat berdasarkan kondisi fisik ketika mengalami emosi terkejut. Ciri-ciri emosi terkejut berdasarkan ciri fisiologis ini, yang paling terlihat adalah ekspresi wajah. Menurut Paul Ekman dan Friesen (1984) ciri-ciri fisiologis emosi terkejut diantaranya, alis terangkat keatas, mata terbelalak, dahi mengerut, dan rahang terbuka ke bawah menyebabkan bibir dan gigi terpisah (Astiningrum & Prawitasari, 2007). 


    Sedangkan ciri-ciri emosi terkejut berdasarkan perilaku yaitu ciri-ciri emosi terkejut berdasarkan tingkah laku pada seseorang ketika mengalami emosi tersebut. Ciri-ciri perilaku emosi terkejut yaitu, kesulitan berbicara atau menggerakkan lidahnya (Ghassani & Saifudin, 2020), bergerak menjauhi hal yang memicu munculnya emosi terkejut, berteriak, menjerit, dan terengahengah. Selain itu ciri ciri-ciri perilaku emosi terkejut yaitu tangan menutupi wajah jika hal yang mengejutkannya berupa hal yang menyeramkan, tangan memegangi, berteriak spontan (Suciati, 2014).


    Mengapa kita terdiam (freeze) ketika terkejut? Sebuah penelitian di Columbia University pada lalat buah, berhasil mengidentifikasi serotonin, sebagai zat kimia yang memicu respon tubuh saat terkejut. Terjadi refleks yang kemudian membekukan tubuh sesaat, sebagai respon terhadap potensi ancaman. 


    Penelitian mengungkap, bahwa ketika seekor lalat yang mengalami perubahan tak terduga di sekitarnya, seperti halnya adanya getaran mendadak, maka akan terjadi pelepasan seretonin yang secara harafiah akan membantu menghentikan lalat untuk sementara waktu. Sebelumnya, hal ini disebut sebagai the biology of the startle response, yakni sebuah fenomena lazim dan sudah diamati pada hampir seluruh jenis hewan, namun masih misteri.


    Menurut Prof. Richard Mann, PhD., peneliti utama di Columbias Mortimer B. Zuckerman Mind Brain Behavior Institute, melalui penelitian ini, dapat dibuktikan bahwa pada lalat, terjadi pelepasan serotonin secara cepat ke dalam sistem syaraf, sehingga mendorong penggerak awal untuk terdiam atau membeku. Karena serotonin ini juga terdapat pada manusia, maka temuan ini juga dapat menjelaskan kemungkinan yang terjadi ketika manusia terkejut.


    Menurut sumber lain, proses mematung tersebut dinamakan attentive immobility. Attentive immobility terjadi kala rangsangan stres bertemu dengan proses mengambil tindakan seperti berkelahi atau melarikan diri.


    Ketika momen itu terjadi, segala sesuatu akan tampak dalam gerakan lambat karena tubuh sedang memperhatikan dengan cermat apa yang tengah terjadi di sekelilingnya.


    Respons lainnya disebut tonic immobility. Berbeda dengan attentive immobility, tonic immobility terjadi lebih awal dari rangsangan stres. Saat tonic immobility terjadi, detikers tidak memiliki pilihan untuk melarikan diri dan otak akan mencoba menghadapi ketakutannya.


    Serotonin dan respon mengejutkan, memberi petunjuk tentang adanya proses kimia dan molekuler yang lebih kompleks, yang terjadi ketika hewan atau manusia terkejut. "Hasil ini menunjukkan bahwa serotonin memiliki potensi untuk berinteraksi dengan berbagai jenis sel syaraf dalam sistem syaraf lalat, seperti memandu gerakan dan memproses informasi sensorik," demikian pungkas Prof. Richard Mann.


    Referensi :

    1. The Zuckerman Institute at Columbia University, Penelitian telah dipublikasikan pada Current Biology tahun 2019.

    2. Apriana B.A.E, 2023, Memahami Emosi Dasar Terkejut, UIN Maulana Malik Ibrahim

  • Copyright © - HIMASAKI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
    Design by INFOKOM 2023