• Monday, August 28, 2023

    Kita hidup di negara Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, beriklim tropis dengan suhu rata-rata yang relatif tinggi sepanjang tahunnya. Paparan sinar matahari yang relatif tinggi ini dapat menyebabkan kerusakan pada kulit karena adanya radiasi dari sinar ultraviolet (UV). Sinar ultraviolet (UV) adalah jenis radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih pendek dari cahaya tampak manusia, tetapi lebih panjang dari sinar X. Sinar UV memiliki panjang gelombang 100–400 nm dan terbagi menjadi tiga jenis yaitu : UV A (315–400 nm), UV B (280–315 nm) dan UV C (100–280 nm).

    Radiasi sinar UV dapat berbahaya bagi kulit dimana UV-A dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit. UV-B dapat menyebabkan kulit terbakar dan berkontribusi pada risiko kanker kulit. Sedangkan UV-C sangat berbahaya, tetapi umumnya diserap oleh lapisan ozon di atmosfer.

    Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk menghindari bahaya sinar UV? Secara umum ada dua macam cara untuk melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar UV yaitu, perlindungan secara fisik, yakni dengan memakai payung, topi lebar, baju dan celana lengan panjang. Selain itu, dapat dilakukan perlindungan secara kimiawi dengan mengoleskan produk-produk perlindungan dari sinar matahari langsung pada kulit seperti penggunaan sunscreen pada kulit.

    Sunscreen seperti apa yang kita butuhkan untuk kulit? Sebelum itu, Ada 2 kategori sunscreen yang dapat digunakan pada kulit yaitu sunscreen anorganik dan sunscreen organik. Sunscreen Anorganik atau dapat juga disebut physical blockers ini merupakan tabir surya yang diformulasi dari bahan kimia yang memiliki mekanisme UV-blocking dengan cara memantulkan (reflector) atau menghamburkan (scattter) sinar ultraviolet. Bahan aktif nya adalah Zinc Oxide (ZnO) dan Titanium Dioksida (TiO₂). Sedangkan sunscreen organik biasanya juga disebut chemical absorber. Bekerja dengan cara menyerap sinar UV yang terpapar kulit. Kerugian sunscreen jenis ini adalah adanya rasa gatal dan iritasi kulit. Beberapa senyawa yang memiliki mekanisme ini seperti Octyl Methoxy Cinnamate (OMC), Benzhophenones, Paraminobenzoic Acid (PABA) dan Champora. Berdasarkan hal tersebut kita dapat menggunakan sunscreen sesuai dengan kebutuhan kulit masing-masing. 

    Bagaimana efektivitas sunscreen pada kulit? Efektifitas sunscreen ditunjukkan dengan nilai Sun Protection Factor (SPF), dimana jika nilai SPF yang didapatkan semakin besar, maka semakin besar pula efektivitas perlindungan yang didapatkan. Nilai SPF suatu produk menyatakan perbadingan antara waktu yang dibutuhkan oleh radiasi sinar UV-A dan UV-B untuk menimbulkan eritema pada kulit yang tidak terlindungi dengan tingkatan eritema yang sama.


    Conclution

    Sunscreen adalah sediaan yang dibuat untuk menghalangi radiasi cahaya matahari masuk kedalam kulit. Terdapat 2 jenis sunscreen yang bisa kita gunakan sesuai dengan kondisi kebutuhan kulit, diantaranya adalah Sunscreen Anorganik yang bekerja dengan cara memantulkan (reflector) atau menghamburkan (scattter) sinar ultraviolet. Sedangkan Sunscreen Organik bekerja dengan cara menyerap sinar UV yang terpapar kulit.


    Reference

    Dewi, M, Neti, S 2013, AZ Tentang Kosmetik, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

    Roelandts R 2009, History of Photoprotection. Clinical Guide to Sunscreens and Photoprotection, Informa Healthcare, New York.

    Umborowati, MA, Rahmadewi 2014, ‘Studiretrospektif: diagnosis dan terapi pasien melasma’, Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin, 26(1), pp. 56–62.

    Watson, M, Holman, DM, Maguire-Eisen, M 2016, ‘Ultraviolet radiation exposure and its impact on skin cancer risk’ Seminars in Oncology Nursing, 32(3), pp. 241-254.


  • Copyright © - HIMASAKI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
    Design by INFOKOM 2023