• Thursday, May 27, 2021

     MENGAPA CABAI RASANYA PEDAS?


    Hampir seluruh kuliner di dunia tidak pernah lepas dari yang namanya cabai. Baik kalangan muda maupun lanjut usia, selalu menambahkan cabai ke dalam hidangan yang akan mereka santap. Rasa pedas dalam cabai yang menghasilkan sensasi terbakar pada lidah membuat penyedap yang satu ini begitu di minati. Lantas, mengapa cabai rasanya pedas? 

    Cabai merupakan tanaman asli Amerika Tengah, yang berasal dari daerah Bolivia. Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai mengandung capsaicin, dihidrocapsaicin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Biasanya, bagian dari tumbuhan cabai yang sering digunakan yaitu buahnya yang digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung penggunaannya. Cita rasa pedas yang ditimbulkan oleh cabai disebabkan karena adanya  senyawa capsaicinoid. Senyawa-senyawa capsaicinoid banyak terakumulasi dalam plasenta buah. Capsaicinoid merupakan senyawa turunan dari fenilpropanoid yang terdiri dari beberapa jenis senyawa salah satunya yaitu capsaicin dan dihidrocapsaicin. Pada cabai senyawa capsaicin ini terdapat di dalam biji cabai. Senyawa ini memiliki cirri berwarna putih dan tidak berbau.

    Capsaicin dan dihidrocapsaicin merupakan capsaicinoid paling banyak dengan jumlah 90% dari total capsaicinoid dalam cabai. Senyawa capsaicin merupakan senyawa yang terakumulasi paling banyak bila dibandingkan dengan senyawa lain.  Capsaicin atau yang  memiliki nama IUPAC trans-8-metil-N-vanilil-6-nonenamida adalah sebuah kristalin, lipofilik, tidak berwarna, tidak mudah menguap (volatile), mampu menimbulkan sensasi panas dan terbakar pada jarigan kulit mamalia termasuk manusia. Rasa pedas yang ditimbulkan oleh kapsaisin ini muncul karena kapsaisin menciptakan isyarat yang sama bagi otak seperti saat kulit kita terkena panas. Berbeda dengan panas, rasa panas dari lidah yang dsebabkan oleh kapsaisin ini hanya sekedar "rasa" bukan terbakar sesungguhnya. Jumlah capsaicin yang terkandung dalam buah cabai, berkorelasi positif dengan tingkat kepedasannya. Semakin banyak kandungan capsaicin dalam cabai, maka tingkat kepedasannya akan semakin tinggi, dan sebaliknya semakin sedikit kandungan capsaicin dalam cabai, maka tingkat kepedasannya pun akan semakin rendah. Selain menimbulkan rasa pedas, zat capsaicin juga dapat membuat para pengonsumsinya merasa ketagihan atau kecanduan. 

    Lalu, apa fungsi dari capsaicin itu sendiri bagi tanaman cabai? 

    Capsaicin pada tanaman cabai berfungsi sebagai alat perlindungan dari serangan hewan pemangsa dan jamur. Rasa panas dan pedas yang ditimbulkan oleh senyawa ini mengakibatkan hewab-hewan pemangsa enggan untuk memakan tanaman cabai.  Lalu,  jika jamur terkena capsaicin, maka pertumbuhan jamur tersebut dapat terganggu. Kulit yang terkena capsaicin biasanya akan mengalami iritasi dan rasa panas yang tidak nyaman. Sedangkan kalau kita mengkonsumsi capsaicin yang banyak, ini bisa membuat kita sakit perut, diare, mual, bahkan muntah. Capsaicin yang terkena mata juga dapat membuat keluarnya air mata dan rasa sakit.

    Kalau begitu, apa saja sih manfaat dari senyawa capsaicin ini?

    Senyawa capsaicin ini dapat berperan sebagai antikoagulan, dengan cara menjaga darah tetap encer dan mencegah terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Kegemaran makan sambal memperkecil kemungkinan menderita penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis), sehingga mencegah munculnya serangan stroke, jantung koroner, dan impotensi. Capsaicin bisa menumpulkan saraf tepi sehingga berfungsi untuk antialergi. Capsaicin dapat mengeluarkan lendir dari paru-paru (zat mucokinetic), dengan demikian cabai dapat membantu menyembuhkan pernyakit bronkitis, influenza, sinusitis, dan asma. Capsaicin juga dapat menghalangi bahaya pada sel trachea, bronchial, dan bronchoconstriction yang disebabkan oleh asap rokok dan polutan lainnya. Capsaicin umumnya digunakan sebagai obat anti artritis dan anti inflamasi. Secara klinis capsaicin juga memiliki potensi untuk mengurangi rheumatoid artritis dan pusing pada kepala. Kapsaisin juga memiliki potensi sebagai antimikroba dan inhibitor alami bagi mikroorganisme patogen dalam makanan. Selain itu capsaicin juga dapat digunakan sebagai pestisida biokimia. 

    Meskipun begitu banyak manfaat yang didapatkan dari mengonsumsi capsaicin, namun sudah selayaknya kita sebagai manusia bijaklah dalam mengonsumsi makanan dengan batas yang wajar. Terlalu berlebihan mengonsumsi capsaicin, dapat menimbulkan luka terhadap usus dan lambung kita. 


    Sumber :

    Rizzal, Diki Fauzi. 2018. “KARAKTER MORFOLOGI KANDUNGAN CAPSAICIN DAN PROFIL GEN Kasl CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) G1 KONTROL DAN MUTAN GIMI”. Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang. 

    Pebri, Lutvianto Handoko dan Yeni Variyana. 2017. “STUDI EFEKTIFITAS EKSTRAKSI (CAPSAICIN) DARI CABAI (CAPSICUM) MENGAN METODE MASE (MICROWAVE ASSISTED SOXHLET EXTRACTION)”. Skripsi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. 





  • Copyright © - HIMASAKI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
    Design by INFOKOM 2023