• Wednesday, October 26, 2011


    *Baterai yang ngdrop sebaiknya disimpan di lemari es. Wah, apa betul tuh?!


    Mau tau apa yang terjadi pada sisi kimia tentang hal ini????...Silakan baca J

    Masihingatkah pada Om Arrhenius ??xixixixi….pada rumusan dari Svante Arrhenius (1889) yang menjelaskan hubungan suhu dengan kecepatan reaksi kimia.

    Baterai bekerja dengan mengubah energy kimia menjadi energy listrik yang dikenal dengan proses discharge. Semua baterai memiliki karakteristik yang mengalami kehilangan muatan (charge) secara pelahan dengan berjalannya waktu (dikenal sebagai baterai seft-discharge). Komponen baterai juga dapat mengalami deteriorasi (seperti korosi yang terjadi pada seng dalam baterai seng-karbon) atau penguapan (misalnya kehilangan air karena penguapan).Seperti jugareaksi-reaksi kimia lain, reaksi ini juga memiliki kecepatan reaksi tertentu yang konstanta kecepatan reaksinya merupakan fungsi dari temperatur. Jika seandainya mekanisme reaksinya melibatkan satu langkah penentu kecepatan reaksi, maka konstanta kecepatan reaksi dari langkah elementernya akan dapat dijelaskan berdasarkan hukum Arrhenius. Hukum ini secara kuantitatif memberikan gambaran bagaimana hubungan antara kenaikan kecepatan suatu reaksi dengan kenaikan temperatur.Secaraumum, semakin tinggi temperature penyimpanan maka semakin besar kecepatan reaksinya. Sehingga untuk beberapa baterai, reaksi discharge dan deteriorasi akan menjadi lambat jika disimpan pada temperature rendah. Baterai hidrida logam nikel (nikel metal hydrid, NiMH) memiliki kecepatan self-discharge 0,8%/ hari pada temperatur 20 oC, tetapi pada 45 oC menjadi 6%/hari. Demikian juga untuk baterai biasa (nonrechargeable) seperti sistem Zinc-carbon atau alkalin-mangan perbedaan umur penyimpanan akan sangat besar bila disimpan pada temperature rendah.

    Penjelasan teoritiknya adalah sebagai berikut. Pada 1889 seorang ahli kimia dari Swedia yang bernama Svante Arrhenius mengatakan bahwa suatu reaksi kimia baru akan terjadi jika molekul-molekul yang bertabrakan memiliki suatu energy kinetik minimum tertentu. Jika dua buah molekul bertabrakan dengan energy kurang dari energi minimum ini maka molekul-molekul ini akan berbalik tanpa mengalami perubahan kimia. Energi ini disebut energy aktivasi (Ea). Jika reaksi diberi ‘energi’ sehingga melampaui energy kritis ini maka reaktan akan berubah menjadi produk. Kenaikan temperature akan memberikan energy pada reaksi dan konstanta kecepatan reaksi menjadi naik. Hubungan antara konstanta kecepatan reaksi dengan temperatur dalam Kelvin dan energy aktivasi adalah sebagai berikut k=Ae-Ea/RT atau lnk = lnA -Ea/RT dengan A adalah faktor pre-eksponensial atau factor frekuensi. Semakin besar temperatur T maka konstanta kecepatan reaksi k juga akan semakin besar, artinya reaksinya juga akan semakin cepat.

    Blaa…blaa… akhirnya nemu juga kesimpulanya , KIMFIS “Kimia Fisika Bangeetttt“””… So… jadi betulkan mengapa baterai jika tidak digunakan sebaiknya disimpan di tempat yang dingin seperti lemari es itu…

    Sumber:Dwi Hudiyanti


  • Copyright © - HIMASAKI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
    Design by INFOKOM 2023